Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Acara IV Metode Aseptis

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA IV
METODE ASEPTIS

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ACARA IV METODE ASEPTIS

Disusun oleh :
Kopas yo kopas  tapi cantumke sumbere yak :)
Kelompok XII
Asisten : -

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI
DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKAAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016 


ACARA IV
METODE ASEPTIS

Tujuan Praktikum
Praktikum metode aseptis bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan memindahkan kultur secara aseptis.

Tinjauan Pustaka
Penanganan aseptis merupakan proses penanganan yang dilakukan dengan mencegah masuknya kontaminan kimiawi dan mikroorganisme kedalam bahan pangan atau mencegah terjadinya kontaminasi pada tingkat pertama. Penangan produk yang dilakukan untuk mencegah kerusakan produk yang  bisa menyebabkan terjadinya pengeringan, pemecahan enzim alami, dan masuknya mikroorganisme. Suhu rendah dapat memperlambat laju reaksi kimia, reaksi enzimatis, dan pertumbuhan mikroorganisme tanpa menyebabkan kerusakan produk (Rahmawati, 2011). Teknik kerja aseptis yaitu menggunakan bahan dan alat dalam kondisi yang steril. Prinsip teknik kerja aseptis yaitu mempertahankan kondisi bahan dan alat tetap dalam keadaan steril (Sumarsih, 2015).
Mikrooganisme berada pada populasi yang tercampur, sehingga untuk mengenali karakteristik dan identifikasi harus dilakukan dalam bentuk kultur murni. Kultur murni suatu organisme merupakan suatu organisme yang berasal dari organisme yang sama. Teknik untuk mendapatkan kultur murni yaitu isolasi, melakukan isolasi harus menggunakan medium steril. Medium steril dapat di sterilkan dengan memanaskan pada temperatur tertentu sehingga semua mikroorganisme akan dimatikan. Preoses pemindahan mikroorganisme yang akan diisolasi dilakukan secara aseptis (Susilowarno et al., 2000). Gunawan (2008) menyatakan bahwa metode  aseptis dapat digunakan untuk kelompok jamur yang tidak menghasilkan spora pada media agar-agar, biasanya pada jamur pangan. Prinsip penyimpanan dengan cara ini adalah massa miselium yang telah tumbuh ditekan atau dihambat pertumbuhannya dengan air suling steril, sehingga tidak ada nutrien maka biakan ini tidak tumbuh dan tetap hidup untuk waktu yang lama. Perubahan terhadap genetika jamur juga dihambat.
Mikrooganisme dapat menyebabkan banyak kerusakan. Pertumbuhan mikroorganisme dikendalikan untuk mencegah penyebaran penyakit, membasmi mikrooganisme pada inang, mencegah pembusukan, dan kerusakan bahan. Mikroorganisme dapat dihambat secara fisik dan kimia. Secara fisik melalui suhu, tekanan, radiasi, dan penyaringan missal dengan senyawa-senyawa fenolik, alkohol, khlor, iodium, dan etilen oksida. Keefektifan zat antimikrobial tergantung pada konsentrasi jumlah dan jenis mikroorganisme, suhu, bahan organik, dan pH (Susilowati dan Shanti, 2009).
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum metode aseptis adalah lampu spiritus, ose cincin, ose jarum, dan tabung reaksi.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum metode aseptis adalah Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus bulgaricus delbueckii, medium bakteri dan jamur berupa PDA, MRS, dan MEA.
Metode

Penanaman Lactobacillus bulgaricus delbrueckii
Tabung reaksi dan ose jarum yang akan digunakan untuk menanam Lactobacillus bulgaricus delbrueckii disiapkan. Ose yang digunakan adalah ose jarum. Ose jarum dipegang seperti saat memegang pensil. Tahap selanjutnya ose jarum dipijarkan diatas lampu spiritus hingga merah membara. Ose jarum dibiarkan dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindah dengan menempelkan ose jarum pada dinding bagian dalam tabung reaksi yang berisi media. Tutup kapas pada tabung reaksi tempat kultur yang akan dipindah dibuka dengan menggunakan jari kelingking. 
Mulut tabung dibakar diatas lampu spiritus, kemudian ose jarum yang sudah steril dimasukkan dan diambil satu ose kultur yang tumbuh ditabung. Mulut tabung dibakar sekali lagi diatas lampu spiritus dan tutup dengan kapas tabung tersebut, selanjutnya diletakkan kembali pada rak tabung. Tahap selanjutnya tabung yang baru diambil, tutup tabung dibuka dan mulut tabung dibuka diatas lampu spiritus, ose tempat kultur dimasukkan dengan cara menempel dan digoreskan secara tegak atau ditusukkan pada medium MRS yang baru. Mulut tabung dibakar kembali diatas lampu spiritus, tutup dengan kapas dan diletakkan kembali. Ose jarum yang sudah digunakan, dipanaskan kembali agar steril. Tabung reaksi yang sudah diinokulasikan pada suhu ruang, tahap selanjutnya diinkubasikan.

Penanaman Aspergillus niger
Tabung reaksi dan ose cincin yang akan digunakan untuk menanam Aspergillus niger disiapkan. Ose yang digunakan adalah ose cincin. Ose cincin dipegang seperti saat memegang pensil. Tahap selanjutnya ose cincin dipijarkan diatas lampu spiritus hingga merah membara. Ose cincin dibiarkan dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindah dengan menempelkan ose cincin pada dinding bagian dalam tabung reaksi yang berisi media. Tutup kapas pada tabung reaksi tempat kultur yang akan dipindah dibuka dengan menggunakan jari kelingking. 
Mulut tabung dibakar diatas lampu spiritus, kemudian ose cincin yang sudah steril dimasukkan dan diambil satu ose kultur yang tumbuh ditabung. Mulut tabung dibakar sekali lagi diatas lampu spiritus dan tutup dengan kapas tabung tersebut, selanjutnya diletakkan kembali pada rak tabung. Tahap selanjutnya tabung yang baru diambil, tutup tabung dibuka dan mulut tabung dibuka dan dibakar sebentar diatas lampu spiritus, ose tempat kultur dimasukkan dengan cara menempel dan digoreskan secara zigzag pada medium PDA yang baru. Mulut tabung dibakar kembali diatas lampu spiritus, tutup dengan kapas dan diletakkan kembali. Ose cincin yang sudah digunakan, dipanaskan kembali agar steril. Tabung reaksi yang sudah diinokulasikan pada suhu ruang, tahap selanjutnya diinkubasikan.

Penanaman Saccaromyces cerevisae
Tabung reaksi dan ose cincin yang akan digunakan untuk menanam Saccaromyces cerevisae disiapkan. Ose yang digunakan adalah ose cincin. Ose cincin dipegang seperti saat memegang pensil. Tahap selanjutnya ose cincin dipijarkan diatas lampu spiritus hingga merah membara. Ose cincin dibiarkan dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindah dengan menempelkan ose cincin pada dinding bagian dalam tabung reaksi yang berisi media. Tutup kapas pada tabung reaksi tempat kultur yang akan dipindah dibuka dengan menggunakan jari kelingking. 
Mulut tabung dibakar diatas lampu spiritus, kemudian ose cincin yang sudah steril dimasukkan dan diambil satu ose cincin yang tumbuh ditabung. Mulut tabung dibakar sekali lagi diatas lampu spiritus dan tutup dengan kapas tabung tersebut, selanjutnya diletakkan kembali pada rak tabung. Tahap selanjutnya tabung yang baru diambil, tutup tabung dibuka dan mulut tabung dibuka diatas lampu spiritus, ose cincin tempat kultur dimasukkan dengan cara menempel dan digoreskan secara zigzag dengan cara ditusukkan pada medium MEA yang baru. Mulut tabung dibakar kembali diatas lampu spiritus, tutup dengan kapas dan diletakkan kembali. Ose cincin yang sudah digunakan, dipanaskan kembali agar steril. Tabung reaksi yang sudah diinokulasikan pada suhu ruang, tahap selanjutnya diinkubasikan.

Hasil dan Pembahasan

Penanaman Lactobacillus bulgaricus delbrueckii
Penanaman Lactobacillus bulgaricus delbrueckii bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan memindahkan kultur secara aseptis. Lactobacillus bulgaricus delbrueckii ditanam dengan menggunakan medium MRS dan ditanam secara tegak karena Lactobacillus bulgaricus delbrueckii merupakan salah satu bakteri, sedangkan bakteri tersebut harus ditanam dengan cara tegak atau ditusukkan karena tidak membutuhkan tempat yang luas pada penanamannya dan pertumbuhannya. Alat-alat yang digunakan pada penanaman Lactobacillus bulgaricus delbrueckii adalah lampu spiritus, tabung reaksi, kapas, dan ose cincin. Lampu spiritus berfungsi sebagai media untuk menghidupkan api dan mensterilkan peralatan yang sudah digunakan pada metode aseptis. Tabung reaksi berfungsi untuk tempat kultur yang akan ditanam dan tempat untuk menanam kultur yang sudah terdapat media MRS. Kapas berfungsi sebagai penutup tabung reaski tersebut agar tidak kontaminan. Ose cincin berfungsi sebagai pemindah kultur dari satu tabung ke tabung yang lain untuk penanaman.
Penanaman Lactobacillus bulgaricus delbrueckii memiliki prinsip kerja yaitu jika Lactobacillus bulgaricus delbrueckii dapat tumbuh pada medium MRS yang baru maka akan berwarna putih dan berbentuk tegak. Hasil yang diperoleh pada penanaman Lactobacillus bulgaricus delbrueckii yaitu berupa garis lurus atau tegak berwarna putih pada medium penanamannya. Warna putih tersebut menandakan bahwa bakteri tersebut tidak kontaminan dan dapat tumbuh. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri asam laktat. Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan bakteri adalah nilai pH, apabila pH dalam suatu medium atau lingkungan tidak optimal, maka akan mengganggu kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri itu sendiri. Lactobacilus bulgaricus delbrueckii merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dengan baik pada bagian dalam media yang ditusuk jarum. Bakteri anaerob adalah bakteri yang hanya mampu hidup pada lingkungan tidak ada oksigen karena pada bakteri ini oksigen bersifat toksik (racun) yang dapat membuat bakteri mati. Adam (1995) menyatakan bahwa bakteri memiliki  bentuk yang berbeda yaitu, bentuk basil seperti tongkat pendek dan agak silindris, bentuk coccus atau bulat seperti bola kecil, berbentuk spiral atau panjang berbengkok-bengkok, bentuk vibrio atau koma seperti batang bengkok, dan bentuk spirocheta seperti batang berbelit-belit panjang dan banyak belitannya. 

Penanaman Aspergillus niger
Penanaman Aspergillus niger bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan memindahkan kultur secara aseptis. Aspergillus niger ditanam dengan menggunakan medium PDA dan ditanam secara miring karena Aspergillus niger merupakan salah satu jamur, sedangkan jamur tersebut harus ditanam dengan cara miring dengan bentuk zigzag karena membutuhkan tempat yang luas pada penanamannya dan pertumbuhannya. Alat-alat yang digunakan pada penanaman Aspergillus niger adalah lampu spiritus, tabung reaksi, kapas, dan ose cincin. Lampu spiritus berfungsi sebagai media untuk menghidupkan api dan mensterilkan peralatan yang sudah digunakan pada metode aseptis. Tabung reaksi berfungsi untuk tempat kultur yang akan ditanam dan tempat untuk menanam kultur yang sudah terdapat media PDA. Kapas berfungsi sebagai penutup tabung reaksi tersebut agar tidak kontaminan. Ose cincin berfungsi sebagai pemindah kultur dari satu tabung ke tabung yang lain untuk penanaman.
Penanaman Aspergillus niger memiliki prinsip kerja yaitu jika Aspergillus niger dapat tumbuh pada medium PDA yang baru maka akan berwarna putih dan berbentuk zigzag. Hasil yang diperoleh pada penanaman Aspergillus niger yaitu berupa zigzag dan berwarna putih pada medium penanamannya. Warna putih tersebut menandakan bahwa bakteri tersebut tidak kontaminan. Ciri–ciri Aspergillus niger yaitu mempunyai kepala konidia yang besar, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen, hifa septat dan miselium bercabang. Konidiofora membengkak membentuk vesikel pada ujungnya membawa sterigmata dimana tumbuh konidia. Konidia membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam, Jamur ini tumbuh baik pada suhu kamar dan pada medium pH asam. Adam (1992) menyatakan bahwa jamur yang digunakan untu pembuatan bahan makanan yaitu oncom, tempe, dan sebagainya. Bentuk susunan jamur sebagai makhluk yang memiliki sel banyak. Jamur bebas yang tumbuh pada tanah, bekas tumbuh-tumbuhan, makanan, dan ala-alat dari kayu. Jamur dapat menimbulkan kesehatan seperti kurap panu, dan kutu air.

Penanaman Saccaromyces cerevisae
Penanaman Saccaromyces cerevisae bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan memindahkan kultur secara aseptis. Saccaromyces cerevisae  ditanam dengan menggunakan medium MEA dan ditanam secara miring karena Saccaromyces cerevisae merupakan salah satu jamur, sedangkan jamur tersebut harus ditanam dengan cara miring dengan bentuk zigzag karena membutuhkan tempat yang luas pada penanamannya dan tumbuhnya jamur tersebut. Alat-alat yang digunakan pada penanaman Aspergillus niger adalah lampu spiritus, tabung reaksi, kapas, dan ose cincin. Lampu spiritus berfungsi sebagai media untuk menghidupkan api dan mensterilkan peralatan yang sudah digunakan pada metode aseptis. Tabung reaksi berfungsi untuk tempat kultur yang akan ditanam dan tempat untuk menanam kultur yang sudah terdapat media MEA. Kapas berfungsi sebagai penutup tabung reaksi tersebut agar tidak kontaminan. Ose cincin berfungsi sebagai pemindah kultur dari satu tabung ke tabung yang lain untuk penanaman.
Penanaman Saccaromyces cerevisae memiliki prinsip kerja yaitu jika Saccaromyces cerevisae dapat tumbuh pada medium MEA yang baru maka akan berwarna putih dan berbentuk zigzag. Hasil yang diperoleh pada penanaman Saccaromyces cerevisae  yaitu berupa zigzag dan berwarna putih pada medium penanamannya. Warna putih tersebut menandakan bahwa bakteri tersebut tidak kontaminan. Jamur dapat tumbuh karena medium mengandung yang dibutuhkan untuk tumbuh.  Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Sunarmi dan Cahyo (2010) menyatakan bahwa jamur memiliki fungsi sebagai penyeimbang kadar gula darah dan dapat menurunkan kemampuan darah menyerap glukosa, jamur dapat berfungsi sebagai antivirus dan antibakteri.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan 
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sterilisasi dan metode aseptic dilakukan agar dalam proses penanaman bakteri tidak terjadi kontaminan atau bakteri lain yang tumbuh. Bakteri dan jamur dapat tumbuh pada media yang mengandung nutrisi dan kondisi udara sesuai dengan jenisnya yaitu aerob atau anaerob.
Saran 
Paraktikum ini sangat berguna karena kita diajarkan tidak hanya teori saja tetapi juga praktiknya. Sebaiknya, peralatan dan bahan yang digunakan praktikum dapat diperbarui atau dilengkapi. Hal tersebut dapat memudahkan dalam keiatan praktikum berlangsung.

Daftar Pustaka

Adam, S. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gunawan, A. W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahmawati, F. 2011. Pengantar pengawetan makanan. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY. Yogyakarta.
Sumarsih, S. 2015. Bisnis Bibit Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarmi, Y. I dan Cahyo, S. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilowarno, G. R., Sapto, H. R., Mulyadi., Enik, M. T., Murtiningsih., Umiyati. 2000. Biologi. Grasindo. Jakarta.
Susilowati, A dan Shanti, L. 2009. Keanekaragaman jenis mikroorganisme sumber kontaminasi kultur in vitro disublab biologi Lab. MIPA pusat UNS. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta. Vol. 2. No. 1.


















Terimakasih telah membaca Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Acara IV Metode Aseptis

Demikian artikel Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Acara IV Metode Aseptis ini, semoga bisa memberi manfaat dan tambahan informasi untuk anda semua. Jika ada pertanyaan silahkankan berikan komentar dibawah, sampai jumpa di artikel-artikel kami yang lain. Salam Sukses !

Artikel yang anda baca adalah Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Acara IV Metode Aseptis dengan alamat link https://www.indoternak.com/2017/04/laporan-praktikum-mikrobiologi-dasar.html

Posting Komentar untuk "Laporan Praktikum Mikrobiologi Dasar Acara IV Metode Aseptis"