Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Laporan Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Acara II Histologi Organ Reproduksi Jantan

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU REPRODUKSI TERNAK

ACARA II

HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI JANTAN
fapet UGM


Disusun oleh :

Suhud Setiananda

15/383814/PT/07087

Kelompok XVII




Asisten : -


LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK

DEPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2016


ACARA II

HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSI JANTAN

Tinjauan Pustaka

Reproduksi sangat penting karena reproduksi yang baik akan menjamin keberlangsungan ternak tersebut. Kualitas reproduksi seekor ternak sangat dipengaruhi oleh umur dan kualitas pakan yang terkonsumsi. Umur sangat mempengaruhi kualitas reproduksi karena adanya pengaruh hormon testosteron yang akan memacu perkembangan reproduksi (Samsudewa dan Endang, 2006). Struktur-struktur reproduksi jantan meliputi epidydimis dan ductus deferens pada masing-masing testis, kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris (ampulla, kelenjar-kelenjar vesicularis atau vesikula seminalis, prostata dan kelenjar bulbourethralis), dan urethra serta penis (Frandson, 1998).

Testis

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epidydimis disebut tunika vaginalis (Heffner dan Schust, 2005). Sel leydigmemproduksi hormon testosteron dan ditempatkan di dekat tubulus semniniferus. Sel sertoli terletak di dekat tubulus seminiferus dan memproduksi estradiol serta inhibin. Perkembangan spermatogenesis pada usia dewasa tergantung pada hipotalamus, kelenjar hipofisa dan fungsi sel leydig sebagai penghasil hormon testosteron dalam testis (Lestari, 2013).

Perkembangan sel spermatogenik merupakan suatu kejadian yang sangat kompleks dari berbagai tipe sel spermatogenik yang disebut spermatogenesis. Sebagian besar sel-sel yang menyusun epitel seminiferus adalah sel spermatogenik dengan berbagai tahap perkembangan tertentu (Sutrisno, 2010). Tahap-tahap perkembangan spermatogenesis dimulai dari spermatogonium yang menjadi spermatozoa yang memerlukan beberapa perkembangan tertentu. Proses perkembangan tersebut dibagi menjadi 3 tahap yaitu spermatositoogenesis, meiosis, dan spermiogenesis (Sutrisno, 2010).

Epididymis

Epididymis merupakan suatu struktur benbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis.Epididymis dibentuk oleh saluran berkelok-kelok secara tidak teratur yang disebut ductus epididymis. Ductus epididymis diperkirakan mempunyai tiga region yaitu caput (kepala), corpus (badan) dan cauda (ekor). Permukaan sel epitel ductus ini ditutupi oleh mikrovili panjang yang bercabang dan tidak teratur yang biasa disebut stereosilia. Epitel ductus epididymis turut serta dalam pengambilan dan pencernaan badan-badan residu yang dikeluarkan selama proses spermatogenesis berlangsung (Sutisno, 2010).Perbedaan struktur histologi antara komponen penyusun caput, corpus, dan cauda epididymis meliputi ketebalan lapisan epitel, ketebalan lapisan otot polos, dan keberadaan sel-sel limfosit (Wahyuni et al., 2012).

Ductus deferens 

Ductus deferens berfungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa yang penting. Hal ini disebabkan karena spermatozoa yang terkemas rapat relative inaktif dan kebutuhan metabolitnya juga rendah. Spermatozoa dapat disimpan dalam ductus deferens selama beberapa hari walaupun tidak mendapat pasokan nutrisi dari darah dan hanya mendapat makanan dari gula-gula sederhana yang terdapat di sekresi tubulus (Sherwood, 2001 cit. Sutrisno, 2010).

Lapisan paling dalam ductus deferens adalah lapisan mukosa yang terdiri dari epitel dan lamina propria. Lapisan terdalam kedua adalah lapisan muskularis atau otot detrusor. Lapisan ini terdiri dari tiga lapisan serat otot polos yaitu lapisan otot longitudinal dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar (Pribadi, 2013). Komponen otot pada struktur-struktur ini bertanggung jawab terhadap gerakan peristaltis yang menggerakkan spermatozoa di sepanjang ductus (Heffner dan Schust, 2005).

Penis

Penis merupakan organ kopulatori yang berfungsi mengeluarkan urin dan cairan semen. Jaringan erektil penis terdiri dari tiga bagian silinder yaitu sepasang corpora cavernosa (corpora cavernosa penis) dan sebuah corpus spongiosum(corpus cavernosum urethrae). Setiap corpus cavernosum dibungkus oleh lapisan fibrous tebal, tunica albuginea. Tiga otot silinder penyusun jaringan erektil diapit oleh jaringan subkutan, fascia penis, yang tidak terdapat adiposa tetapi mengandung banyak serabut otot polos (Zhang, 1999).

Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum histologi organ reproduksi jantan adalah mikroskop cahaya, laptop, kertas kerja dan pensil warna merah, ungu dan merah muda.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum histologi organ reproduksi jantan adalah preparat histologi testis, epididymis, ductus deferen, dan penis.

Metode

Preparat histologi organ reproduksi jantan yang terpasang pada mikroskop diamati lewat monitor, diketahui fungsinya, dibedakan, dan bagian-bagian histologi organ reproduksi tersebut digambar pada kertas kerja.
Hasil dan Pembahasan

Organ reproduksi primer hewan jantan terdiri dari testis, epididymis, ductus deferens, dan penis. Organ reproduksi ini disusun oleh sel-sel, membran atau lapisan, serta jaringan atau otot. Bagian-bagian penyusun tiap organ reproduksi jantan ini berbeda-beda sesuai dengan fungsi dari organ reproduksi tersebut.

Testis 

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa histologi testis terdiri dari tunika vaginalis, tunika albuginea, membrane basalis, sel spermatogenik, jaringan interstitial, tubulus seminiferus, sel sertoli, dan pembuluh darah. Rosenfeld (2007) menjelaskan bahwa proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) berlangsung di lapisan epitel germinal yang membentuk beberapa lapis sel mulai dari membran basal tubuli hingga ke bagian adluminal tubuli. Proses diferensiasi dan maturasi sel-sel epitel germinal menghasilkan spermatid yang dilepaskan ke lumen tubuli melalui proses spermiasis dalam bentuk spermatozoa. 

histologi testis

Sutrisno (2010) menambahkan bahwa proses spermatogenesis dibagi menjadi tiga tahap, yaitu spermatositogenesis, meiosis, dan spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan tahap diferensiasi spermatogonia menjadi spermatosit primer. Meiosis merupakan perkembangan sel, dimana spermatosit primer memiliki kromosom diploid membentuk spermatid haploid. Spermiogenesis merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa (sperma). Pembentukan spermatozoa dapat dilihat pada gambar berikut.
Pembentukan spermatozoa
Secara histologi, tubulus seminiferus terdiri atas tiga komponen utama yaitu lamina propria, sel sertoli (sel somatis), dan sel-sel epitel germinal yang terdiriatas spermatogonia, spermatosit, dan spermatid. Spermatogonia terletak di membran basal tubuli dengan inti sel bergranul kromatin dengan ukuran bervariasi. Spermatogonia terbagi atas spermatogonia A dan B. spermatogonia A berinti lebih pucat dengan struktur kromatin tipis dan menyebar, sedangkan spermatogonia B berinti lebih gelap dengan struktur kromatin padat. Lapisan berikutnya terdapat sel spermatosit (primer dan sekunder) dengan jumlah yang lebih banyak, terutama spermatosit primer dengan ukuran sel yang lebih besar dibandingkan sel spermatogonia. Keberadaan sel spermatosit sekunder jarang ditemukan pada saat pengamatan karena proses diferensiasi sel spermatosit primer menjadi sel spermatosit sekunder berlangsung cepat (Wahyuni et al., 2012). Sel berikutnya adalah sel spermatid yang berbentuk bulat (round spermatid) dan memanjang (elongated spermatid) dengan struktur kromatin padat yang terwarnai lebih gelap dibandingkan inti sel lainnya. Terdapat sel spermatozoa non motil dan infertil pada lumen, bercampur dengan cairan testis. Cairan ini mengandung berbagai substansi seperti glikoprotein, glikoserofosforil kolin, androgen binding protein (ABP), dan inhibin (Wrobell dan Bregmann, 2006).

Sel sertoli atau sustentacular cells terletak diantara sel-sel epitel germinal, dengan penjuluran sitoplasma mulai dari membran basal sampai mendekati lumen tubuli. Inti sel sertoli berbentuk oval dengan anak inti yang terlihat jelas, berwarna lebih pucat dibandingkan inti sel germinal dan terletak di membranbasal (Egger dan Witter, 2009). Jaringan interstisial (intertubuli seminiferi) merupakan jaringan ikat longgar dengan sel fibroblast dan sel fibrosit. Terdapat sel leydigdan sel-sel endotel dinding pembuluh darah pada jaringan interstisial. Sel leydig merupakan sel polimorf yang berkelompok di sekitar pembuluh darah, dengan inti sel berbentuk polyhedral, sedangkan inti sel fibroblast dan fibrosit berbentuk lonjong (Wrobell dan Bregmann, 2006).

Sel sperma yang diproduksi di dalam organ reproduksi jantan dapat terjadi abnormalitas yang menyebabkan bentuk sperma menjadi tidak normal. Abnormalitas pada sel sperma ini akan mempengaruhi kualitas sperma, dan menyebabkan sperma tidak dapat bertahan hidup lebih lama. Abnormalitas pada sel sperma antara lain abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Mughniati (2015) menjelaskan bahwa abnormalitas primer yang terjadi pada spermatozoa adalah spermatozoa tanpa ekor atau tanpa kepala, satu kepala, satukepala spermatozoa dengan dua ekor atau dua kepala spermatozoa dengan satu ekor, ekor yang bengkok atau patah, bagian tengah menebal, abnormalitas sekunder seperti ekor melingkar. Abnormalitas spermatozoa primer disebabkan oleh penurunan kadar testosteron akibat efek dari gosipol dan gas alkaloid. Penurunan kadar testosteron menghambat pembentukan protein α-tubulin sebagai komponen dasar mikrotubuli dan mikrofilamen yang penting dalam proses spermatogenesis untuk menggerakkan sitoplasma kearah belakang menuju ekor. Abnormalitas sekunder disebabkan adanya gangguan proses pematangan spermatozoa di dalam epididymis. Abnormalitas pada spermtazoa dapat dilihat pada gambar berikut.
Abnormalitas pada spermatozoa

Epididymis

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa histologi epididymis yaitu membran serosa, otot polos, membran basalis, sel epitel, dan lumen. Wahyuni et al. (2012) menjelaskan bahwa perbedaan struktur histologi antara komponen penyusun caput, corpus, dan cauda epididymis meliputi ketebalan lapisan epitel, ketebalan lapisan otot polos, dan keberadaan sel-sel limfosit.Caput epididymis merupakan bagian proksimal dari duktus epididymis dan sebagai lanjutan dari duktus eferens. Duktus epididymis tersusun atas lapisan epitel silindris banyak baris yang dikelilingi oleh jaringan ikat longgardan lapisan otot polos sirkular. Lumen caput epididymisberisi spermatozoa yang berasal dari tubulus seminiferus dan duktus eferens. Beberapa tipe sel ditemukan pada lapisan epitelnya, yaitu principle cells (PC) dengan stereosilia, sel basal di bagianmembran basal dengan ukuran inti sel yang bervariasi, dan sel-sel limfosit diantara PC. Histologi caput epididymis dapat dilihat pada gambar berikut.


Histologi caput epididymis


Gambar 3. Histologi caput epididymis

Corpus epididymis juga dilapisi oleh tipe sel epitel yang sama dengan caputepididymis, namun posisi inti PC berada di bagian sentral sitoplasma dengan ukuran stereosilia yang lebih pendek. Kemiripan lainnya dengan caput epididymis adalah keberadaan limfosit, dengan jumlah yang lebih banyak, baik yang sedang bermigrasi maupun yang bercampur dengan spermatozoa di lumen epididymis. Sekeliling duktus ditemukan lapisan otot polos sirkular yang lebih tebal dibandingkan dengan lapisan otot pada caput epididymis. Spermatozoa ditemukan di dalam lumen dengan kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan caput (Wahyuni et al., 2012). Histologi corpus epididymis dapat dilihat pada gambar berikut.
Histologi corpus epididymis
Gambar 4. Histologi corpus epididymis

Karakteristik yang ditemukan pada cauda epididymis adalah lapisan otot polos sirkular yang paling tebal dibandingkan lapisan otot pada caput dan corpus. Ukuran PC dan stereosilianya paling pendek serta masih ditemukannya sel-sel limfosit, namun jumlahnya semakin berkurang. Bagian ini merupakan diameter lumen duktus terbesar dan berisi spermatozoa dengan kepadatan tertinggi untuk disimpan sebelum disalurkan ke duktus deferens (Wahyuni et al., 2012). Histologi cauda epididymis dapat dilihat pada gambar berikut.
Histologi cauda epididymis
Gambar 5. Histologi cauda epididymis

Ductus deferens 
Ductus (vas) deferens adalah saluran lurus dan tebal, dinding muskular, menuju dan bermuara di urethra prostat. Karakteristik vas deferens adalah lumen sempit dan mukosa dengan lipatan longitudinal, ditutupi epitelium pseudostratified columnar dengan stereosilia. Lamina propria kaya akan serat elastis dan lapisan muskular tebal terdiri dari lapisan longitudinal dalam dan luar yang dibatasi oleh lapisan sirkular. Lapisan muskular (tunica muscularis) berfungsi untuk kontraksi vas deferens. Otot polos berlimpah menghasilkan kontraksi peristaltik yang berperan dalam pengeluaran spermatozoa saat ejakulasi (Junqueira dan Jose, 2005).

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa histologi ductus deferens antara lain fibrosa, pembuluh darah, musculus longitudinal externa, musculus circular,musculus longitudinal interna, lamina propria, sel-sel epitel, dan lumen. Heffner dan Schust (2005) menjelaskan bahwa ductus yang membentuk ductus deferensmemiliki lapisan muskular yang tersusun atau serat sirkular pada lapisan dalam dan serat longitudinal pada lapisan luar. Komponen otot pada struktur-struktur ini bertanggungjawab terhadap gerakan peristaltis yang menggerakkan spermatozoa di sepanjang ductus. Ductus dibatasi oleh gabungan sel-sel sekretorik dan silia. Sel sekretorik berfungsi untuk membuat cairan intratuba dan sel silia berperan untuk mengarahkan perpindahan cairan intratuba dan komponen selularnya.

Histologi ductus deferens


Penis 
Penis adalah organ kopulasi pada jantan yang dibedakan menjadi tiga area umum yaitu glans atau ekstremitas bebas, bagian inti atau badan, dan dua crura atau akar. Bagian terbesar dari struktur dalam badan penile adalah terdiri dari sepasang silinder jaringan erektil (corpus cavernosum). Corpus cavernosum yang lain penuh dengan sinusoid darah dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut trabeculae. Trabeculae merupakan derivat dari tunica albuginea, padat akan fibroelastik kapsul mengelilingi penis (Frandson, 2009)

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa histologi penis antara lain tunika dartos, pembuluh darah, tunika albuginea, corpus cavernosum, corpus spongiosum, urethra, dan jaringan ikat.Heffner dan Schust (2005) menjelaskan bahwa jaringan erektil pada penis merupakan rongga vaskular iregular yang sangat banyak dengan system menyerupai spons yang mendapat pasokan darah dari arteriol aferen dan kemudian dialirkanke venula eferen. Sepasang badan silinder, yaitu corpus cavernosum, dikelilingi oleh membran fibrosa tebal yang disebut tunika albuginea dan dipisahkan oleh septum fibrosa inkomplet. Vena-vena yang mengalirkan darah dari badan cavernosa berada sedikit di bawah tunika. Bagian dalam dari cavernosa mengandung banyak trabekula. Trabekula tersusun atas serat elastic dan otot polos yang terbenam di dalam gelendong kolagen yang tebal dan terbungkus oleh sel-sel endotel.
Histologi penis

Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa histologi testis terdiri dari tunika vaginalis, tunika albuginea, membrane basalis, sel spermatogenik, jaringan interstitial, tubulus seminiferus, sel sertoli, dan pembuluh darah. Histologi epididymis yaitu membran serosa, otot polos, membran basalis, sel epitel, dan lumen. histologiductus deferens antara lain fibrosa, pembuluh darah, musculus longitudinal externa, musculus circular, musculus longitudinal interna, lamina propria, sel-sel epitel, dan lumen. Histologi penis antara lain tunika dartos, pembuluh darah, tunika albuginea, corpus cavernosum, corpus spongiosum, urethra, dan jaringan ikat.

Daftar Pustaka

Ernst, L.M., Eduardo D.R. dan Dale S.H. 2011. Color Atlas of Fetal and Neonatal Histology. Springer. New York.

Eroschenko, V.P. dan Mariano S.H. di Fiore. 2013. DiFiores’s Atlas of Histology with Functional Correlations. Wolters Kluwer Business. China.

Heffner, L.J. dan Danny J. Schust. 2005. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Lestari, T.D. 2007. Peran Inhibin pada Proses Reproduksi Ternak. Laboratorium Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung.

Mughniati, Sitti. 2015. Pengaruh ekstrak biji kapuk (Celba pentandra Gaertn) sebagai obat kontrasepsi pada kucing lokal (Fellis domestica) ditinjau dari kualitas sperma dan organ reproduksi jantan. Program Studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Pribadi, Muhammad I. 2013. Pengaruh ekstrak akar ginseng jawa (Talinum paniculatum) terhadap kontraktilitas otot polos vesika urinaria Guinea Pig In Vitro. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Sutrisno, Landung H. 2010. Pengaruh hormon testosteron undekanoat (TU) dan mendroksiprogesteron asetat (MPA) terhadap konsentrasi spermatogenesis tikus jantan (Rattus novergicus L.) galur Sprague Dawley. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Wahyuni, S., Srihadi A., Muhammad A., dan Tuty L.W. 2012. Histologi dan histomorfometri testis dan epididimis muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada periode ranggah keras. Jurnal Veteriner. Vol. 13(3).

Zang, Shu Xin. 1999. An Atlas Of Histology. Springer. New York.


Terimakasih telah membaca Laporan Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Acara II Histologi Organ Reproduksi Jantan

Demikian artikel Laporan Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Acara II Histologi Organ Reproduksi Jantan ini, semoga bisa memberi manfaat dan tambahan informasi untuk anda semua. Jika ada pertanyaan silahkankan berikan komentar dibawah, sampai jumpa di artikel-artikel kami yang lain. Salam Sukses !

Artikel yang anda baca adalah Laporan Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Acara II Histologi Organ Reproduksi Jantan dengan alamat link https://www.indoternak.com/2017/04/laporan-praktikum-ilmu-reproduksi.html

2 komentar untuk "Laporan Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak Acara II Histologi Organ Reproduksi Jantan"