Laporan Praktikum Biokimia Ternak Acara XI Xantopil Telur
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
TERNAK
ACARA XI
XANTOPIL TELUR
Disusun oleh :
Kelompok
XXXII
Ojo dicopas total dimodifikasi titiklah
Asisten
: -
LABORATORIUM
BIOKIMIA NUTRISI
BAGIAN
NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA XI
XANTOPIL TELUR
Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar xantofil pada kuning telur dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tinjauan Pustaka
Telur
pada dasarnya adalah hasil dari proses rangkaian organ reproduksi yang
bertanggung jawab secara langsung dalam proses pembentukan keturunan untuk mempertahankan
keberadaannya dimana terkandung gizi yang komplet yang memenuhi semua persyaratan
untuk kehidupan baru yaitu seekor anak ayam. Telur termasuk dalam sumber protein
dan mineral selain daging dan susu. Telur tersusun atas sebagian besar air. Bahan
yang terdapat dalam telur dapat terdiri atas bahan organik yaitu protein,
lipida, dan karbohidrat, sedangkan bahan anorganik tersusun atas mineral (abu).
Rata-rata komposisi kimia telur yaitu bagian terbesar adalah air, terdapat sekitar
75% dari berat isi telur. Selanjutnya diikuti bahan organik yang terdiri atas
protein dan lipida, masing-masing terdapat sekitar 12% dan karbohidrat dalam jumlah
kecil yaitu 1%. Bahan anorganik terdapat sekitar 1% dari berat isi telur
(Indartiningsih dkk, 2001).
Warna
kuning telur dipengaruhi oleh apa yang diserap dari makanannya. Warna kuning
telur dihasilkan oleh sekelompok bahan yang disebut hidroksi caroteinoid dari
beberapa tanaman. Kelompok carotenoid yang berpotensi sebagai penyumbang
warna alami adalah xantofil yang
terdiri dari lutein dan zeaxanthin. Penentuan kualitas kuning
telur dilakukan dan mengamati beberapa karakteristik yaitu warna, bentuk dan
kekuatan membran kuning telur. Stress yang dapat mempengaruhi kadar xantofil sehingga dapat berpengaruh
pada warna kuning telur (Stadellman, 1995).
Pada telur: pigmen yolk, lipochrome, lyocrom, pigmen albumen, pigmen
selaput kerabang, pigmen kerabang (Triatmojo, 2001). Lipochrome merupakan bagian
terbesar dari pigmen yolk yang larut dalam minyak. Pigmen ini termasuk
golongan pigmen karotenoid yang terdapat
banyak dalam tanaman. Karotenoid merupakan pigmen dari khlorofil
yang berwarna merah, orange, dan kuning. Berdasarkan komposisinya
terdiri atas karotene dan xantofil.
Karotene terdapat dalam bentuk α dan β.
Xantofil tersusun oleh chryptoxanthin, lutein, dan zeaxanthin
dalam yolk. Karotene bersifat tidak
larut dalam air, asam, namun larut dalam khloroform dan ether. Xantofil larut dalam alkohol
dan ether, hanya sedikit larut dalam petroelum ether. Xantofil terutama lutein dan zeaxanthin
mempunyai intensitas warna dua kali dibanding karotene. Pigmen karoten dalam yolk
sebagian besar dari golongan xantofil,
titik perbandingan karotene dengan xantofil adalah 1:10 (Soeparno, et
al., 2001).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan, egg separator,
botol timbang,
pengaduk, pipet, labu takar,
kertas saring,
dan corong.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah telur itik, campuran aseton, khloroform, dan Na2SO4 padat.
Metode
Preparasi Sampel
Dilakukan penimbangan telur,
dipecahkan dan dipisahkan putih telur dari kuningnya. Ditimbang kuning telur dari setiap sampel dan di homogenkan untuk ditentukan intensitas warnanya. Diambil homogen kuning telur sebanyak 0,25 gram dengan botol timbang.
Penentuan
Ditambah 7,5 cc campuran aseton dan chloroform diaduk selama 3 menit. Disaring campuran dengan kertas saring yang telah ditaburi Na2SO4 padat. Ditambah dengan campuran chloroform dan aseton sampai volume tepat 30 cc.
Selanjutnya larutan ditera dengan spektofotometer pada panjang gelombang 440 nm (Scott, 1997).
Rumus
Perhitungan :
Kadar
xantofil = Rumus didiktat ada
Y : Absorbansi
X : kadar xantofil dalam larutan (mg/100ml)
Y : 0,0355314 X – 0,01689
Hasil dan
Pembahasan
Warna kuning pada telur itik kuningnya mendekati orange. Tujuan pengocokan adalah untuk menghomogenkan antara larutan dengan yolk, sedangkan penambahan campuran aseton dan chloroform adalah untuk melarutkan lemak yang terkandung dalam kuning telur. Pengadukan kedua berfungsi melarutkan pigmen-pigmen yang belum terlarut sehingga dapat diukur absorbansinya. Setelah diaduk campuran disaring dengan kertas saring yang telah ditaburi dengan Na2SO4 padat. Tujuan pemberian Na2SO4 berfungsi untuk menyerap air yang terdapat pada telur tersebut. Apabila penambahan ammonium sulfat lebih banyak lagi, sejumlah besar albumin telur atau ovalbumin (berbentuk kristal) dapat dipisahkan (Sudarmadji, 1999).
Setelah disaring ditambah lagi dengan campuran aseton dan chloroform, kemudian ditera dengan spektofotometer dengan panjang gelombang 440 nm. Hasil dari peneraan dengan spektronik dari telur didapat nilai absorbansinya adalah 0,488. Hasil perhitungan menunjukkan kadar xanthopil telur itik yaitu 56,83%.
Menurut Murwani (1998), kandungan pigmen xantofil dalam bahan makanan tidaklah tetap tergantung jenis dan dimana bahan makanan nabati tersebut tumbuh. Itik lebih sering dipelihara dengan sistem diumbar sehingga mereka lebih sering makan hijauan yang memiliki banyak zat warna sehingga intensitas warna menjadi lebih kuning.
Warna kuning telur tidak memengaruhi kandungan nutrisi pada telur. Warna kuning telur menjadi kriteria utama bagi konsumen. Untuk memberi warna kuning dengan permintaan konsumen merupakan hal yang sangat kompleks. Warna kuning telur ditentukan oleh kandungan β-karoten yang terdapat pada kuning telur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dengan materi standar β-karoten atau kalium bikromat dapat diketahui pula apakah warna kuning telur berasal dari lutein (luzena) atau zeaxantin (jagung kuning) (Yuwanta, 2004).
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kandungan xantofil pada telur itik yaitu 56,83%. Faktor yang
memengaruhi intensitas warna pada kuning telur yaitu konsumsi pakan, aktivitas dan lingkungan.
Daftar Pustaka
Murwani,
Retno. 1998. Teknologi Tepat Guna. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang.
Soeparno,
Indratiningsih, Triatmojo, R. Hastuti. 2001. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Jurusan Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Stadellman,
W. j. 1995. Quality Identification of Shell Eggs In:Egg Science and Technology. The
Haworth Press, Inc. New York.
Triatmojo, S., Soepomo, Rihastuti, Indratiningsih. 2001.
Dasar teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yoyakarta.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
Xantofil Itik
Y
= 0,0355314 X - 0,01689
0,488 =
0,0355314 X - 0,01689
0,488 + 0,01689 = 0,0355314 X
0,505 =
0,0355314 X
X = 14,2
Kadar
xantofil = Rumus didiktat ada
Terimakasih telah membaca Laporan Praktikum Biokimia Ternak Acara XI Xantopil Telur
Demikian artikel Laporan Praktikum Biokimia Ternak Acara XI Xantopil Telur ini, semoga bisa memberi manfaat dan tambahan informasi untuk anda semua. Jika ada pertanyaan silahkankan berikan komentar dibawah, sampai jumpa di artikel-artikel kami yang lain. Salam Sukses !
Artikel yang anda baca adalah Laporan Praktikum Biokimia Ternak Acara XI Xantopil Telur dengan alamat link https://www.indoternak.com/2017/04/laporan-praktikum-biokimia-ternak-acara.html
Posting Komentar untuk "Laporan Praktikum Biokimia Ternak Acara XI Xantopil Telur"